Khotib yang Selalu Datang Telat Saat Jumaatan

Ayo Ketawa! - Seorang khotib bernama Pak Mukidi, punya kebiasaan buruk setiap pelaksanaan Salat Jumat. Ia suka datang telat waktu, sehingga sangat mengganggu jamaah lainnya.

Suatu hari saat jadwalnya Pak Mukidi intuk membawakan khutbah di masjid yang ada di kampungnya, ia pun tetap datang terlambat. Muadzin sudah mengumandangkan adzan, Pak Mukidi belum terlihat juga.

Usai adzan, waktu telah menunjukkan pukul 12.00 lewat 5 menit. Para jamaah sudah memenuhi masjid dan sholat sunnah qobliyah jum'ah pun telah dilaksanakan, namun Pak Mukidi masih belum juga menampakkan batang hidungnya.

Takmir masjid sudah terlihat cemas dan pembaca bilal pun sudah membacakan bilalnya hingga selesai. Tiba-tiba Deru suara motor butut Pak Mukidi terdengar memasuki halaman masjid. Jamaah pun lega, pak imam geleng-geleng kepala melihat kebiasaan Pak Mukidi yang sering terlambat.

Dengan sangat tergesa-gesa karena terlambat Pak Mukidi setelah memarkirkan sepeda motornya, langsung masuk Masjid sambil berkata ke para jamaah yang dilewatinya, "permisi.. .. permisi.. . permisi..."

Setiap baris jamaah membukakan jalan untuk Pak Mukidi menuju mimbar khutbah. Si bilal sudah menunggu dari tadi di depan mimbar sambil megang tongkatnya. Maka sampailah Pak Mukidi di mimbar khutbah dan langsung saja ia menghadap jamaah sambil mengucapkan salam pembuka khutbah jumat, "Assalaaaamu' alaikum.. warohmatulloooohi ... wabarokaaaatuh..."

Maka mulailah Pak Mukidi membacakan khutbahnya. Namun ia heran melihat sikap para jamaah yang tidak seperti biasanya. Para jamaah pada Jumat kali ini hampir semuanya terlihat senyam-senyum sambil memandanginya, ia mengira bahwa para jamaah suka dengan tema khutbah yang ia sampaikan.

Maka Pak Mukidi semakin bersemangat saja menyampaikan khutbahnya hingga selesai khutbah pertama.

Ketika Pak Mukidi duduk di kursi mimbar sebelum lanjut ke Khutbah kedua, dia bermaksud membetulkan kopiahnya yang hari itu ia rasakan agak berat di kepalanya.

Alangkah terkejutnya Pak Mukidi saat kopiah yang dipegang terasa keras dan bundar. "Alamaaaaaaaaaakkk...!!" katanya, ternyata yang di pegang bukan kopiah tapi Helm.

"Sialan... pantas saja para jamaah pada senyam senyum melihat aku, Iha wong aku berdiri di mimbar masih memakai helem, lupa belum di lepas.....", batin pak Mukidi yang terlihat wajahnya mulai memerah.

Rupanya tadi Pak Mukidi saking tergesa-gesanya,.sehingga ia lupa belum melepaskan helemnya. (***)