Zaman Dulu Semua Informasi Serba Terbatas

Ayo Ketawa! - Kalau dipikir-pikir, beruntung sekali kita hidup di era kemudahan informasi ini ya? Semua serba terhubung. Dulu, semua informasi serba terbatas.

Bayangkan, Ibu Desy Ratnasari dulu pernah tak sengaja lewat depan rumah kekasihnya, melihat ada tenda biru, dihiasi indahnya janur kuning.

Akibat terbatasnya informasi, hati beliau masih bertanya-tanya, “Itu pernikahan siapa?” Kalau zaman itu sudah ada smartphone, teh Desy sudah diblokir di IG story/feed oleh mantannya sebelum resepsi biar gak ketahuan. WhatsApp kena hide status. Lalu ketahuan juga karena facebook story/WA status teman lainnya.

Konon, sampai sekarang mbak Desy masih tak percaya dirinya tega, nodai cinta, khianati cinta. Mungkin karena tenda biru dikira pecel lele Lamongan ya?

Begitu juga seandainya zaman Mba Cici Paramida udah ada Google Maps, tak perlu berpanjang panjang ngasih tahu. RT 5 RW 3 sepuluh nomor rumahnya, jalannya jalan cintaaa....

Tinggal share lokasi kelar laaah urusan.. Gak perlu repot juga naik bis kota jurusan kota intan. Tinggal order ojol duduk manis nyampe daaah...

Bayangkan dulu itu belum ada HP, Om Obbie Messakh Resah dan gelisah menunggu di sudut sekolah, Ingin jumpa dengan pacar walau mencuri waktu...

kan kalo ada HP tinggal bilang jam berapa ketemunya. Puncak halunya Om Obbie : "Malu aku malu pada semut merah, yang berbaris di dinding, menatapku curiga, seakan penuh tanya, sedang apa di sini?"

Semut : "Ya mana gue tahu... pake nanya lagi..."

Tante Nia Danity lebih kasian lagi.. Sampe harus ngomong sama gelas untuk tau siapa dirinya. “Gelas-gelas kaca, tunjukkan padaku siapa diriku ini”

Tante Meriam Bellina juga gitu.. Malam malam begini, termenung ku sendiri, menunggu kau disini, kehadiran dirimu...

Coba dulu itu sudah ada WA, nggak perlu menunggu sambil merenung. Langsung kirim pesan. “Bang dimana? Ini kopinya dah siap, aku sudah menunggumu...”

Tapi.. Kadang persoalannya bukan semata keterbatasan informasi atau minimnya teknologi, sih. Kebiasaan menunda juga punya peran.

Fatwa Pujangga, misalnya. Sudah tahu proses surat menyurat butuh waktu lama, bukannya segera membalas malah nyanyi dulu, “Telah kuterima, suratmu yang lalu …”

Apalagi dipenuhi sanjungan dan kata merayu akibatnya yahhh.., "terlambat sudaaahhhh..", katanya Om Benny Pandjaitan.

Udahan ahh.. Kepanjangan nanti yang baca malah nyanyi-nyanyi... ヽ(^。^)丿